Selasa, 13 Oktober 2020

"Komunitas Bloggers Mengadakan Online Gathering dan Diskusi dengan Tema Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan"


Ada yang menarik tanggal 2 Oktober 2020 kemarin. Komunitas Bloggers menyelenggarakan Online Gathering dan diskusi menarik mengenai Adopsi Hutan. Acara ini dihadiri oleh para bloggers dari seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Hutan Itu Indonesia dan Blogger Perempuan. Acara ini juga dimeriahkan oleh MC oleh kakak Rian Ibram sosok yang tak asing di layar televisi, Irham Hudaya Yunardi dari Forum Konservasi Leuser, dan Satya Winnie seorang blogger dan influencer.



STASIUN PENELITIAN SORAYA


Irham Hudaya Yunardi dari Forum Konservasi Leuser memaparkan mengenai Stasiun Penelitian Soraya, tempat yang sangat unik dan terlihat belum terjamah dan bernuansa tempat penelitian khusus. Soraya sendiri adalah nama Stasiun Penelitian yang berada di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. Tepatnya, di hutan yang dulunya merupakan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) PT. ASDAL dan PT. HARGAS, perusahaan yang beroperasi sekitar 1970-an. Dua perusahaan tersebut tertarik mengusai hutan ini, hingga berakhir izinnya, karena berbagai jenis kayu kualitas tinggi yang ada. Seperti, meranti, damar, gaharu, kapur, dan jenis lainnya.



Berada di dataran rendah, 75 – 350 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan pepohonan di sini cukup cepat. Di hutan yang masuk Kawasan Ekosistem Leuser itu, telah tumbuh kembali berbagai jenis kayu besar dengan diameter lebih satu meter. Tempat ini memiliki banyak satwa.

Untuk mencapai Soraya, perjalanan dimulai dengan menggunakan perahu motor dari Gelombang, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulusalam. Sekitar dua jam, perahu motor ini akan melawan arus Sungai Alas, salah satu sungai terpanjang di Aceh yang berhulu di Taman Nasional Gunung Leuser, di Kabupaten Gayo Lues, dan bermuara ke Samudera Hindia di Kabupaten Aceh Singkil.



Tanda-tanda stasiun telah dekat adalah ketika perahu memasuki anak sungai, di sebelah kiri, yang air dan hutannya lebat. Gemercik air nyaring terdengar. Sampai di sini, perjalanan dilanjutkan berjalan kaki sekitar 15 menit, menyeberangi anak sungai yang dipenuhi batu. Bangunan kayu berukuran 10×12 meter yang digunakan sebagai stasiun riset itu lah tujuan akhir perjalanan.


PESONA DESA KETAMBE


Kak Satya Winnie adalah seorang blogger dan juga influencer yang telah lama berpetualang memaparkan mengenai desa Ketambe. Ketambe sendiri merupakan nama desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan dikenal sebagai objek wisata alam andalan di tenggara Aceh. Dari Medan, Sumatera Utara, jaraknya sekitar tujuh jam perjalanan darat.




Hutannya alami. Berbagai satwa hidup damai di sini seperti burung, bajing, dan orangutan yang bergelantungan di pohon. Untuk menyaksikan orangutan sumatera, wisatawan tidak perlu jauh menelusuri hutan. Orangutan ini dapat ditemui di pinggir jalan yang menghubungkan Kabupaten Aceh Tenggara dengan Gayo Lues. Sungai Alas nya juga cocok untuk arung jeram.




Untuk penggemar arung jeram, bisa uji nyali di Sungai Alas atau masyarakat lokal menyebutnya Lawe Alas. Sungai terpanjang di Aceh ini, selain membelah TNGL, juga melintasi beberapa kabupaten di Aceh dan Sumatera Utara.

Sungai yang namanya berasal dari Suku Alas yang mendiami Kabupaten Aceh Tenggara tersebut, selain arusnya deras, kelokannya juga tajam sehingga memacu adrenalin.

Untuk menarik wisawatan, Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara, menggelar lomba arung jeram di sungai tersebut sebagai agenda tahunan.


Perekonomian Desa Ketambe, merupakan desa yang berbatasan dengan kawasan Gurah secara umum didominasi pada sektor perkebunan dengan sistem pengelolaan masih sangat tradisional (pengolahan lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk pertaniannya). Produk pertanian Desa Ketambe lahan produktif untuk lahan perkebunan seluas 60 Ha. Untuk lahan perkebunan non produktif seluas 30 Ha. Hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan yang mayoritas tanaman coklat, jagung dan nilam. Persoalan yang mendasar kurangnya pengetahuan tentang pola bercocok tanam dan pengendalian hama pada tanaman secara tepat. Untuk Desa Ketambe Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah, luas desa 888 Ha, luas lahan sawah nol, luas lahan bukan sawah 843 ha, dan luas lahan non pertanian 17 ha. Di Desa Ketambe tidak terdapat lahan persawahan. Sedangkan jumlah industri rumah tangga 5 buah, industri kecil 2 buah. Sarana perekonomian yang tersedia yaitu 14 kios/ warung. Terdapat juga rumah tangga pemelihara sapi potong sebanyak 3 rumah tangga.


Masyarakat Desa Ketambe masih mempertahankan kesenian tradisional yang telah mendunia, yaitu tari saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu. Selain itu  terdapat Tarian Mesekat, adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermayarakat. Syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria. Terdapat juga kesenian Pelebat yaitu seni perang  adat alas yang memakai rotan  sebagai alat dan tameng, dengan cara saling memukul terhadap lawan. Biasanya sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu  kehormatan. Kesenian lain adalah Bangsi yang menggunakan seruling sebagai medianya. sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik  pengiring dalam acara perkawinan namun hal ini masih sering didengar walaupun sudah jarang orang yang bisa memainkannya. Disamping itu terdapat kesenian Canang yaitu kesenian Tradisonal adat Alas yang menggunakan alat musik berupa kaleng  ataupun gamelan yang terbuat dari logam, di mainkan oleh beberapa wanita. Dan kesenian Lagam  adalah salah satu kesenian suku Alas disamping berbagai kesenian tradisional lainnya yang menjadi unggulan wisata budaya di kawasan wisata alam Lawe Gurah.


GERAKAN AYO ADOPSI HUTAN

Festival Hari Hutan Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2020, mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk berpartisipasi dalam kampanye Adopsi HutanAdopsi Hutan adalah gerakan gotong royong menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon tegaknya, hewannya, flora eksotisnya, serta keanekaragaman hayati lain di dalamnya. Melalui adopsi hutan, siapa pun di mana pun bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya.

Adopsi hutan secara langsung dapat dikerjakan oleh warga setempat yang tinggal dekat dengan hutan, dibantu oleh para penjaga hutan. Tentu saja hal ini dikarenakan masyarakat yang tinggal sekitar hutan lebih paham kondisi sebenarnya dari hutan yang menjadi lingkungan hidup mereka.


Sumber referensi :

https://www.mongabay.co.id/2017/02/14/soraya-stasiun-penelitian-yang-penuh-tantangan/

https://steemit.com/travel/@ferdiansyah/soraya-bukan-hanya-sekedar-hutan-biasa

https://gunungleuser.or.id/stasiun-penelitian/ketambe/

https://www.mongabay.co.id/2015/11/15/mongabay-travel-ketambe-wisata-alam-seru-di-tenggara-aceh/




Senin, 31 Agustus 2020

Cara Menjaga Hutan melalui Kearifan Lokal Khas Masyarakat Toraja



Toraja memang menyimpan pesona yang tak ada habisnya. Mungkin netizen pernah mendengar nama "Kopi Toraja", "Tongkonan", "Negeri di Atas Awan" dan lain-lain. Berbicara mengenai Toraja takkan ada habisnya. Apalagi kita mengenal Toraja adalah wilayah yang kental dengan kuatnya aturan adat.

Toraja merupakan suatu wilayah yang ada di indonesia. Kearifan lokal yang masih kuat membuat suku toraja masih memiliki ciri khas yang unik. nuansa mistik yang tidak dipungkiri sudah menjadi salah satu daya tarik pariwisata Toraja. Selain itu, situs-situs bersejarah seperti pekuburan di tebing batu, rumah adat berusia ratusan tahun, peninggalan megalitik seperti batu simbuang yang sampai hari ini semua itu masih terjaga dan dipertahankan dalam tradisi masyarakat Toraja. Sebuah penghargaan anak cucu terhadap karya keagungan peradaban leluhur.

Banyak keunikan membuat wisatawan banyak yang ingin berkunjung ke tana toraja. Berikut keunikan keunikan yang ada di tana toraja :

1.    Upacara Pemakaman “Rambu Solo”

Melalui upacara Rambu Solo' inilah bisa anda saksikan bahwa masyarakat Toraja sangat menghormati leluhurnya. Prosesi upacara pemakaman ini terdiri dari beberapa susunan acara, dimana dalam setiap acara tersebut anda bisa menyaksikan nilai-nilai kebudayaan yang sampai sekarang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Toraja.


                                                 https://www.sulselsatu.com/

2.    Berbagai macam Kuburan

Mungkin anda termasuk salah satu pembaca yang heran, kenapa beberapa obyek wisata di Toraja ini justru menyuguhkan tempat wisata yang terkesan sedikit menyeramkan, bukannya memamerkan keindahan alam. Namun, begitulah adanya dan nyatanya, kuburan unik di Toraja tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal. Kuburan di Toraja bermacam-macam ada kuburan gantung, kuburan batu, kuburan goa, dan kuburan pohon. Setiap kuburan cukup unik karena setiap kuburan ini memiliki cerita masing-masing. Misalnya saja seperti bayi yang meninggal dan belum tumbuh gigi, maka akan dimakamkan di Pohon Tarra dengan maksud bayi tersebut dapat meminum getah pohon sebagai ganti ASI.

3.    Adu Kerbau “Ma’Pasilaga Tedong”

Ma' Pasilaga Tedong atau Tedong Silaga bukan lagi hal yang asing bagi sebagian orang yang pernah mengunjungi Toraja. Ma' pasilaga tedong atau Adu Kerbau adalah sebuah tradisi di Toraja sejak dari nenek moyang yang tetap dilestarikan sebagai salah satu bagian dari rambu solo'. Tak ada salahnya jika tedong silaga bisa dikatakan sebagai salah satu daya tarik Toraja karena merupakan salah satu acara yang paling meriah dan menarik untuk disaksikan secara langsung. Selain menyajikan keseruannnya tedong silaga menyimpan keunikan keunikan tersendiri yaitu nama nama kerbau yang unik unik.

4.    Cara Menyembelih Kerbau “Ma’Tinggoro Tedong”

Ini merupakan tradisi yang bisa disebut uji adrenalin karena beberapa orang tidak berani untuk menyaksikan acara ini secara langsung karena takut atau mungkin tidak tega melihat kerbau tersebut, akan tetapi bagi orang Toraja ini adalah tradisi dan sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Mungkin bisa dibilang kalau acara ma'tinggoro ini menjadi sebab Parang Toraja di kenal sampai diluar Toraja karena ketajamannya, cukup satu kali tebas untuk membunuh seekor kerbau.

5.    Rumah Adat Tongkonan

Tidak jarang kita mendengar bila sesama orang Toraja bertanya dari Tongkonan mana? yaa Tongkonan merupakan akar silsilah rumpun keluarga orang Toraja. Jadinya miris bila generasi muda Toraja melupakan atau pura-pura lupa asal usul leluhur keluarganya.


                                                 https://pewartanusantara.com/

Seni arsitektur yang masih tradisional ini menurut tradisi lisan masyarakat Toraja meyakini bahwa bentuk itu dilatarbelakangi awal datangnya leluhur orang Toraja dengan menggunakan perahu. Bentuk perahu itulah ilham pembuatan rumah Tongkonan, sehingga bentuk atapnya menjulang ke depan dan ke belakang. Rumah adat berbentuk perahu ini biasa juga disebut Lembang (masih ingat lirik lagu Toraja; "garagan ki' Lembang Sura', lopi di maya-maya")

Rumah adat khas Toraja ini, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga mempunyai fungsi dan peranan serta arti yang sangat penting dan bernilai tinggi dalam kehidupan masyarakat Toraja. Tongkonan, bangunan dengan atap berbentuk perahu ini dianggap sebagai pusaka warisan dan hak milik turun temurun dari orang yang pertama kali membangun Tongkonan tersebut.

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Kata Tongkonan berasal dari kata “Tongkon” (duduk_berkumpul) mengandung arti bahwa rumah Tongkonan itu ditempati untuk duduk mendengarkan serta tempat untuk membicarakan dan menyelesaikan segala permasalahan penting dari anggota masyarakat dan keturunannya.

6.    Upacara Penggantian Baju Jenazah “Ma’Nene”

Di Toraja ada sebuah ritual atau kebiasaan dalam prosesi pemakaman cukup unik dan mungkin terasa menyeramkan. Mayat yang telah disemayamkan bertahun-tahun di sebuah tebing tinggi, kuburan batu, atau kuburan patani akan diupacarakan kembali dengan menganti semua pakaian dan mendandani layaknya orang yang hidup. Saat ini acara ma' nene yang bisa kita lihat ditoraja bukan lagi mayat berjalan seperti yang terjadi pada jaman dulu tetapi saat ini hanya sebatas menganti baju jenazah/mummi kemudian mengerakkan mayat tersebut layaknya orang berjalan.

7.    Adu kaki “Sisemba”


                                                     https://www.slideshare.net

Salah satu atraksi budaya Toraja yang mungkin tidak ada di daerah lain. acara ini sangat menarik untuk disaksikan karena atraksi ini lebih mirip dengan tauran namun sisemba ini hanya menggunakan kekuatan kaki. Acara sisemba diadakan setelah panen sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen. Acara ini biasanya dilakukan dengan melibatkan puluhan sampai ratusan orang namun tetap dengan rasa kekeluargaan sehingga tidak terjadi rasa dendam diantara peserta.

8.    Harmoni Alam Pedesaan, Budaya dan Masyarakatnya

Hal-hal menarik dan tak terlupakan di Toraja bukan hanya ritual pemakaman dan wisata kuburan. Bentang alam Toraja juga mampu menyuguhkan panorama nan eksotik yang memanjakan mata, tak perlu banyak bersolek untuk memikat wisatawan.

Di Toraja, terutama di pedesaan, petak-petak areal persawahan hijau membentang ada pula yang behimpit meramping di punggung perbukitan dialiri sungai kecil seperti sebuah simpul yang menambatkan hati saya agar selalu mengingat betapa besar anugerah sang pencipta.

Budaya siangkaran sipakaboro' telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Toraja. Akar budaya yang mewariskan senyum keramahan kepada semua yang hidup, bentuk ketulusan yang jauh dari sekat-sekat gengsi kemapanan ala komunitas perkotaan.

Juga slogan Sipamisa', Sang Torayan, Solata, dll, menjadi ikatan pemersatu etnis Toraja, baik di kampung halaman maupun di tanah rantau.

Singkatnya Toraja adalah perpaduan yang harmonis antara keindahan alam dan masyarakat yang berbudaya. Sebuah pelukan hangat yang membekas dan tidak terlupa.

9.    Tenun Toraja

Kain Tenun Toraja merupakan salah satu warisan leluhur yang masih di jaga kelestariannya sampai saat ini. Kain tenun Toraja memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam budaya masyarakat Toraja . Kain tenun memegang peranan penting dalam berbagai upacara adat, juga berfungsi sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan. Di masa lampau hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memiliki kain-kain tersebut misalnya kaum bangsawan atau masyarakat ekonomi mampu.

10.    Kopi Toraja

Berawal dari tangan para petani di pegunungan Toraja, hingga tersebar di seluruh dunia, kopi Toraja telah meninggalkan jejak-jejak aroma kebanggan bagi negeri ini. Menikmati kopi Toraja di tempat asalnya usai menjelajah alam Toraja yang indah permai tentunya menjadi keinginan para penikmat kopi.



Bayangkan minum kopi Toraja di pelataran Tongkonan pada sore hari, sambil memandangi barisan perbukitan nan hijau serta hamparan persawahan yang mulai menguning, anak-anak kecil yang masih asik bermain, petani yang kembali pulang, kerbau dan babi yang mulai berisik di kandang, nyanyian burung-burung berpadu senandung rumpun bambu, aah... biarkan imajinasi lepas tanpa batas menuju negeri dongeng. Atau lebih tepatnya kepingan surga di jantung Sulawesi.

Kopi Toraja merupakan kopi jenis Arabica yang punya karakteristik sendiri, coba menikmatinya tanpa menggunakan gula atau pemanis, kita akan merasakan rasa gurih yang jarang ditemukan dalam kopi-kopi lokal di daerah lain. Rasa gurih ini merupakan salah satu ciri khas utama kopi Toraja yang membuat orang ketagihan menikmati kopi ini.

Kopi Toraja merupakan komoditas yang patut diperhitungkan, Jepang dan Amerika merupakan negara utama pengimpor kopi ini. Bahkan di Jepang, merek dagang kopi Toraja sudah dipatenkan oleh Key Coffee. Di beberapa kafe-kafe di dunia punya kelasnya sendiri dengan harga jual yang tentunya tidak murah. Sayangnya harga yang berkelas itu tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani kopi di tempat asalnya

ARTI PENTING HUTAN BAGI MASYARAKAT TORAJA

Tongkonan adalah rumah adat  masyarakat di Toraja, dibangun atas kesepakatan bersama rumpun keluarga. Bentuk atap menyerupai tanduk kerbau, ada pula yang mengatakan mirip perahu. Setiap Tongkonan memiliki lumbung (alang) untuk menyimpan padi dan hasil bumi lain. Alang memiliki enam tiang berjejer dua, terbuat dari pohon banga–mirip palem namun ukuran lebih besar, berkulit keras namun isi seperti serabut. Alang ini sebagai tempat menerima tamu.


                                                         https://www.bagooli.com/

Tongkonan dan alang merupakan bagian dari identitas masyarakat Toraja. Ia berfungsi suatu lembaga atau institusi yang bisa mempererat hubungan kekerabatan. Di Tongkonan-lah segala macam perjumpaan dan musyawarah keluarga dilaksanakan. Sekaligus menjadi tempat ritual, baik syukuran hingga kedukaan. Di jalan masuk Tongkonan ada sebuah loket penarikan retribusi untuk pengunjung.

Setiap Tongkonan menggunakan atap bambu. Kokoh dan anggun. Atap bambu disusun dan berpasangan hingga sirkulasi udara terjaga baik. Udara melalui celah-celah atap tersimpan. Saat malam mengeluarkan udara hangat. Kala siang terasa dingin. Untuk satu bangunan Tongkonan ukuran 4×10 meter, atap bambu mencapai 1.000 batang. Lalu dipotong-potong sesuai kebutuhan menjadi 6.000 keping. Untuk keperluan upacara penguburan, sedikitnya 8.000 batang.

Hutan-hutan adat Tongkonan dipelihara baik. Jauh sebelum pemerintah menggalakkan sistem tebang pilih dalam kawasan hutan, masyarakat Toraja sudah melaksanakan. Memilih bambu ataupun kayu untuk merenovasi rumah harus dengan hati-hati. Tak seorangpun dibiarkan leluasa memasuki kawasan hutan, apalagi menebang tanaman tanpa seizin ketua adat. Dari sanalah masyarakat Toraja memerperoleh bahan baku.

Kees Buijs, antropolog Belanda dalam buku Kuasa Berkat dari Belantara dan Langit, menjelaskan, peran penting hutan untuk masyarakat Toraja di masa lalu. Menurut dia, hutan lebat menjadi simbol dan tempat bermukim arwah-arwah dari dewa yang bertugas menjaga kesuburuan dan kehidupan bumi. Pemimpin ritual adalah toburake (imam perempuan) yang digantikan toburake tambolang (seorang wadam/waria). Jadi hutan adalah simbol identik dengan perempuan.

Toraja seperti romansa alam dan manusia, tak dapat dipisahkan. Hutan-hutan terjaga akan menjaga pasokan air melalui celah-celah gunung batu, lalu dialirkan ke sawah, dan rumah-rumah penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Ditambah menjaga kontur tanah dengan kemiringan hingga 45 derajat, agar tetap stabil.


                                                 http://www.halotorajautara.com/

Selain bambu untuk atap dan pelaksanaan ritual, banga menjadi sangat penting. Banga untuk tiang lumbung. Tak boleh menggunakan kayu lain. Pohon ini memiliki kulit keras dan tak berpori. Ini untuk mencegah tikus dan binatang lain merayap memasuki lumbung sebagai tempat persediaan dan penyimpanan makanan.

KEBERADAAN HUTAN DAN RUMAH ADAT TONGKONAN 

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Kata Tongkonan berasal dari kata “Tongkon” (duduk_berkumpul) mengandung arti bahwa rumah Tongkonan itu ditempati untuk duduk mendengarkan serta tempat untuk membicarakan dan menyelesaikan segala permasalahan penting dari anggota masyarakat dan keturunannya.

Rumah adat Tongkonan sangat penting bagi masyarakat Toraja. Tongkonan sudah menjadi identitas khas masyarakat lokal Toraja. Rumah adat khas Toraja ini, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga mempunyai fungsi dan peranan serta arti yang sangat penting dan bernilai tinggi dalam kehidupan masyarakat Toraja. Tongkonan, bangunan dengan atap berbentuk perahu ini dianggap sebagai pusaka warisan dan hak milik turun temurun dari orang yang pertama kali membangun Tongkonan tersebut.


                                                             https://foto.tempo.co/

Rumah adat khas Toraja ini, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga mempunyai fungsi dan peranan serta arti yang sangat penting dan bernilai tinggi dalam kehidupan masyarakat Toraja. Tongkonan, bangunan dengan atap berbentuk perahu ini dianggap sebagai pusaka warisan dan hak milik turun temurun dari orang yang pertama kali membangun Tongkonan tersebut.

Melalui kearifan lokal hutan di Toraja dapat terjaga. Sebagai bangsa Indonesia sudah seharusnya pula kita dapat melestarikan hutan-hutan yang ada di sekitar kita. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi masyarakat lainnya agar berbenah dan menjaga kelestarian hutan seperti halnya masyarakat Toraja pada umumnya yang cinta akan kelestarian hutan.

GERAKAN AYO ADOPSI HUTAN

Festival Hari Hutan Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2020, mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk berpartisipasi dalam kampanye Adopsi HutanAdopsi Hutan adalah gerakan gotong royong menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon tegaknya, hewannya, flora eksotisnya, serta keanekaragaman hayati lain di dalamnya. Melalui adopsi hutan, siapa pun di mana pun bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya.

Adopsi hutan secara langsung dapat dikerjakan oleh warga setempat yang tinggal dekat dengan hutan, dibantu oleh para penjaga hutan. Tentu saja hal ini dikarenakan masyarakat yang tinggal sekitar hutan lebih paham kondisi sebenarnya dari hutan yang menjadi lingkungan hidup mereka.


                                                     https://www.deenatalia.com 

Gerakan adopsi hutan adalah wujud kepedulian kita sebagai komunitas nonlingkungan. Kita beri motivasi para penjaga hutan agar tak lelah menjalankan tugas dan perannya. Secara tak langsung, keterlibatan kita ini adalah ungkapan syukur atas apa yang telah diberikan hutan, yaitu air, oksigen, keaneragaman hayati, sumber pangan, ilmu pengetahuan, dan juga sosial budaya.

Mari bersama kita lestarikan Hutan kita"

"Hari Hutan Indonesia"

 

 

Sumber :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/12/20/10-hal-unik-yang-perlu-kalian-tahu-dari-tana-toraja

https://www.mongabay.co.id/tag/hutan-adat-toraja/

https://torajaparadise.com 

https://portalsolata.com

 


Rabu, 09 September 2015

Misteri Ya'juj dan Ma'juj



Mereka berkata; “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka ?”

QS. Al-Anbiya: 96 “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya-juj dan Ma-juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim.”

Ya-juj dan Ma-juj dalam Hadits Dari Zainab Binti Jahsh -isteri Nabi SAW, berkata; “Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada hari kiamat, (yaitu) Telah dibukanya penutup Ya-juj dan Ma-juj seperti ini !” beliau melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)

Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj dalam QS. Al-Kahfi : 94 Ya-juj dan Ma-juj menurut ahli lughah ada yang menyebut isim musytaq (memiliki akar kata dari bhs. Arab) berasal dari AJAJA AN-NAR artinya jilatan api. Atau dari AL-AJJAH (bercampur/sangat panas), al-Ajju (cepat bermusuhan), Al-Ijajah (air yang memancar keras) dengan wazan MAF’UL dan YAF’UL / FA’UL. Menurut Abu Hatim, Ma-juj berasal dari MAJA yaitu kekacauan. Ma-juj berasal dari Mu-juj yaitu Malaja. Namun, menurut pendapat yang shahih, Ya-juj dan Ma-juj bukan isim musytaq tapi merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan). Para ulama sepakat, bahwa Ya-juj dan Ma-juj termasuk spesies manusia.


Mereka berbeda dalam menentukan siapa nenek moyangnya. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam AS dan Hawa atau dari Adam AS saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh AS dari keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan dalam tarikh, Nabi Nuh AS mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts Bin Nuh. Menurut Al-Maraghi, Ya-juj dan Ma-juj berasal dari satu ayah yaitu Turk, Ya-juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma-juj adalah Al-Maghul (Mongol), namun keterangan ini tidak kuat. Mereka tinggal di Asia bagian Timur dan menguasai dari Tibet, China sampai Turkistan Barat dan Tamujin. Mereka dikenal sebagai Jengis Khan (berarti Raja Dunia) pada abad ke-7 H di Asia Tengah dan menaklukan Cina Timur. Ditaklukan oleh Quthbuddin Bin Armilan dari Raja Khuwarizmi yang diteruskan oleh anaknya Aqthay. “Batu” anak saudaranya menukar dengan negara Rusia tahun 723 H dan menghancurkan Babilon dan Hongaria. Kemudian digantikan Jaluk dan dijajah Romawi dengan menggantikan anak saudaranya Manju, diganti saudaranya Kilay yang menaklukan Cina.

Saudaranya Hulako menundukan negara Islam dan menjatuhkan Bagdad pada masa daulah Abasia ketika dipimpin Khalifah Al-Mu’tashim Billah pertengahan abad ke-7 H / 656 H. Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya.Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar. Pada QS. Al-Kahfi:94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab.

Jika mereka melewati perkampungan, membabad semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh penduduk. Karenya, ketika Dzulkarnain datang, mereka minta dibuatkan benteng agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan penduduk. Siapakah Dzulkarnain ? Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.

Menurut Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.” Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.).

Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih.

Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng. Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.

BENARKAH TEMBOK CINA ADALAH TEMBOK Zulkarnain ?

Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam surat Al Kahfi. Dan yang disebut Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongol dari Utara yang merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Mari kita cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98 tentang itu.

Zulkarnain memenuhi permintaan penduduk setempat untuk membuatkan tembok pembatas. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.

Ada tiga hal yang berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain. Pertama, tembok Cina terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi. Kedua, tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja Dinasti Han, Ming, dst. Sambung-menyambung. Ketiga, dalam Al Kahfi ayat 86, ketika bertemu dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman,


“Wahai Zulkarnain, terserah padamu apakah akan engkau siksa kaum itu atau engkau berikan kebaikan pada mereka.” Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu langsung dari Tuhan, sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa tembok Cina bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakan tembok Zulkarnain?

BEBERAPA PENELITIAN TEMBOK YA’JUJ

Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.


Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di perunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam mahupun Rusia, terletak di republik Georgia.

Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.

Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.

Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.

27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.

Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).

Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.

Ya’juj-Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar, dan sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzul Qarnain, Raja Macedonia. Iskandar kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.

Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.

Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.

Referensi:

Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir.

Dr. Thaha Ad-Dasuqy, ‘Aqidatuna Wa Shilatuha Bil Kaun Wal Insan Wal Hayat, Darul Huda, Kairo, 1995.

Syekh Sya’ban ‘Abdulhadi Abu Rabah, Islamiyat, Haqaiq Fi Dzilli Tauhid Al-Ara Al-Islamiyah, Muassasah Al-‘Arabiyah Al-Haditsiyah, Kairo, 1991.


 






"Komunitas Bloggers Mengadakan Online Gathering dan Diskusi dengan Tema Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan"

Ada yang menarik tanggal 2 Oktober 2020 kemarin. Komunitas Bloggers menyelenggarakan Online Gathering dan diskusi menarik mengen...