Selasa, 13 Oktober 2020

"Komunitas Bloggers Mengadakan Online Gathering dan Diskusi dengan Tema Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan"


Ada yang menarik tanggal 2 Oktober 2020 kemarin. Komunitas Bloggers menyelenggarakan Online Gathering dan diskusi menarik mengenai Adopsi Hutan. Acara ini dihadiri oleh para bloggers dari seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Hutan Itu Indonesia dan Blogger Perempuan. Acara ini juga dimeriahkan oleh MC oleh kakak Rian Ibram sosok yang tak asing di layar televisi, Irham Hudaya Yunardi dari Forum Konservasi Leuser, dan Satya Winnie seorang blogger dan influencer.



STASIUN PENELITIAN SORAYA


Irham Hudaya Yunardi dari Forum Konservasi Leuser memaparkan mengenai Stasiun Penelitian Soraya, tempat yang sangat unik dan terlihat belum terjamah dan bernuansa tempat penelitian khusus. Soraya sendiri adalah nama Stasiun Penelitian yang berada di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. Tepatnya, di hutan yang dulunya merupakan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) PT. ASDAL dan PT. HARGAS, perusahaan yang beroperasi sekitar 1970-an. Dua perusahaan tersebut tertarik mengusai hutan ini, hingga berakhir izinnya, karena berbagai jenis kayu kualitas tinggi yang ada. Seperti, meranti, damar, gaharu, kapur, dan jenis lainnya.



Berada di dataran rendah, 75 – 350 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan pepohonan di sini cukup cepat. Di hutan yang masuk Kawasan Ekosistem Leuser itu, telah tumbuh kembali berbagai jenis kayu besar dengan diameter lebih satu meter. Tempat ini memiliki banyak satwa.

Untuk mencapai Soraya, perjalanan dimulai dengan menggunakan perahu motor dari Gelombang, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulusalam. Sekitar dua jam, perahu motor ini akan melawan arus Sungai Alas, salah satu sungai terpanjang di Aceh yang berhulu di Taman Nasional Gunung Leuser, di Kabupaten Gayo Lues, dan bermuara ke Samudera Hindia di Kabupaten Aceh Singkil.



Tanda-tanda stasiun telah dekat adalah ketika perahu memasuki anak sungai, di sebelah kiri, yang air dan hutannya lebat. Gemercik air nyaring terdengar. Sampai di sini, perjalanan dilanjutkan berjalan kaki sekitar 15 menit, menyeberangi anak sungai yang dipenuhi batu. Bangunan kayu berukuran 10×12 meter yang digunakan sebagai stasiun riset itu lah tujuan akhir perjalanan.


PESONA DESA KETAMBE


Kak Satya Winnie adalah seorang blogger dan juga influencer yang telah lama berpetualang memaparkan mengenai desa Ketambe. Ketambe sendiri merupakan nama desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan dikenal sebagai objek wisata alam andalan di tenggara Aceh. Dari Medan, Sumatera Utara, jaraknya sekitar tujuh jam perjalanan darat.




Hutannya alami. Berbagai satwa hidup damai di sini seperti burung, bajing, dan orangutan yang bergelantungan di pohon. Untuk menyaksikan orangutan sumatera, wisatawan tidak perlu jauh menelusuri hutan. Orangutan ini dapat ditemui di pinggir jalan yang menghubungkan Kabupaten Aceh Tenggara dengan Gayo Lues. Sungai Alas nya juga cocok untuk arung jeram.




Untuk penggemar arung jeram, bisa uji nyali di Sungai Alas atau masyarakat lokal menyebutnya Lawe Alas. Sungai terpanjang di Aceh ini, selain membelah TNGL, juga melintasi beberapa kabupaten di Aceh dan Sumatera Utara.

Sungai yang namanya berasal dari Suku Alas yang mendiami Kabupaten Aceh Tenggara tersebut, selain arusnya deras, kelokannya juga tajam sehingga memacu adrenalin.

Untuk menarik wisawatan, Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara, menggelar lomba arung jeram di sungai tersebut sebagai agenda tahunan.


Perekonomian Desa Ketambe, merupakan desa yang berbatasan dengan kawasan Gurah secara umum didominasi pada sektor perkebunan dengan sistem pengelolaan masih sangat tradisional (pengolahan lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk pertaniannya). Produk pertanian Desa Ketambe lahan produktif untuk lahan perkebunan seluas 60 Ha. Untuk lahan perkebunan non produktif seluas 30 Ha. Hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan yang mayoritas tanaman coklat, jagung dan nilam. Persoalan yang mendasar kurangnya pengetahuan tentang pola bercocok tanam dan pengendalian hama pada tanaman secara tepat. Untuk Desa Ketambe Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah, luas desa 888 Ha, luas lahan sawah nol, luas lahan bukan sawah 843 ha, dan luas lahan non pertanian 17 ha. Di Desa Ketambe tidak terdapat lahan persawahan. Sedangkan jumlah industri rumah tangga 5 buah, industri kecil 2 buah. Sarana perekonomian yang tersedia yaitu 14 kios/ warung. Terdapat juga rumah tangga pemelihara sapi potong sebanyak 3 rumah tangga.


Masyarakat Desa Ketambe masih mempertahankan kesenian tradisional yang telah mendunia, yaitu tari saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu. Selain itu  terdapat Tarian Mesekat, adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermayarakat. Syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria. Terdapat juga kesenian Pelebat yaitu seni perang  adat alas yang memakai rotan  sebagai alat dan tameng, dengan cara saling memukul terhadap lawan. Biasanya sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu  kehormatan. Kesenian lain adalah Bangsi yang menggunakan seruling sebagai medianya. sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik  pengiring dalam acara perkawinan namun hal ini masih sering didengar walaupun sudah jarang orang yang bisa memainkannya. Disamping itu terdapat kesenian Canang yaitu kesenian Tradisonal adat Alas yang menggunakan alat musik berupa kaleng  ataupun gamelan yang terbuat dari logam, di mainkan oleh beberapa wanita. Dan kesenian Lagam  adalah salah satu kesenian suku Alas disamping berbagai kesenian tradisional lainnya yang menjadi unggulan wisata budaya di kawasan wisata alam Lawe Gurah.


GERAKAN AYO ADOPSI HUTAN

Festival Hari Hutan Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2020, mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk berpartisipasi dalam kampanye Adopsi HutanAdopsi Hutan adalah gerakan gotong royong menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon tegaknya, hewannya, flora eksotisnya, serta keanekaragaman hayati lain di dalamnya. Melalui adopsi hutan, siapa pun di mana pun bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya.

Adopsi hutan secara langsung dapat dikerjakan oleh warga setempat yang tinggal dekat dengan hutan, dibantu oleh para penjaga hutan. Tentu saja hal ini dikarenakan masyarakat yang tinggal sekitar hutan lebih paham kondisi sebenarnya dari hutan yang menjadi lingkungan hidup mereka.


Sumber referensi :

https://www.mongabay.co.id/2017/02/14/soraya-stasiun-penelitian-yang-penuh-tantangan/

https://steemit.com/travel/@ferdiansyah/soraya-bukan-hanya-sekedar-hutan-biasa

https://gunungleuser.or.id/stasiun-penelitian/ketambe/

https://www.mongabay.co.id/2015/11/15/mongabay-travel-ketambe-wisata-alam-seru-di-tenggara-aceh/




2 komentar:

  1. Aku mupeng banget sama pesona Desa Ketambe, airnya sejuk di sungai, serasa pengin ke sana. Online gathering yang mencerahkan, banyak ilmunya.

    BalasHapus
  2. Desa Ketambe ini masih alami banget ya.. Pengen berkunjung juga..

    BalasHapus

"Komunitas Bloggers Mengadakan Online Gathering dan Diskusi dengan Tema Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan"

Ada yang menarik tanggal 2 Oktober 2020 kemarin. Komunitas Bloggers menyelenggarakan Online Gathering dan diskusi menarik mengen...